TEMPO Interaktif, Surakarta - Dua orang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, ditangkap polisi karena diduga terlibat dalam gerakan Negara Islam Indonesia (NII).
Penangkapan berlangsung Jumat, 29 April lalu di lokasi berbeda. "Keduanya sudah dibawa ke Mabes Polri," kata Pembantu Rektor III UNS Surakarta Bidang Akademik, Dwi Tiyanto, Sabtu 30 April 2011.Menurut dia, satu mahasiswa berinisial ES ditangkap di Yogyakarta. Satu lagi dicokok di Solo. Keterangan dari kepolisian, kata Dwi, ES diduga terlibat dalam perekrutan mahasiswa di Yogyakarta. Sementara si mahasiswi yang belum dipastikan identitasnya itu diduga menjadi agen NII di Malang, Jawa Timur.
Dwi juga mengatakan, ES tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Sedangkan satu mahasiswinya, kemungkinan mengambil jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan UNS. Dalam beberapa semester keduanya tidak aktif kuliah.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UNS Arif Satriyanto mengatakan mahasiswa yang menjadi target perekrutan NII, adalah mereka yang tidak punya kegiatan selain kuliah. “Mereka menjadi sasaran karena kegiatannya cuma kuliah terus pulang. Biasanya anak orang kaya dan tertarik mendalami agama,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu cara mencegah seorang mahasiswa terlibat dalam gerakan radikal semacam NII adalah menyibukkan diri dengan kegiatan positif seperti ikut organisasi kemahasiswaan atau ekstrakurikuler kampus.
Dwi juga mengatakan, ES tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Sedangkan satu mahasiswinya, kemungkinan mengambil jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan UNS. Dalam beberapa semester keduanya tidak aktif kuliah.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UNS Arif Satriyanto mengatakan mahasiswa yang menjadi target perekrutan NII, adalah mereka yang tidak punya kegiatan selain kuliah. “Mereka menjadi sasaran karena kegiatannya cuma kuliah terus pulang. Biasanya anak orang kaya dan tertarik mendalami agama,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu cara mencegah seorang mahasiswa terlibat dalam gerakan radikal semacam NII adalah menyibukkan diri dengan kegiatan positif seperti ikut organisasi kemahasiswaan atau ekstrakurikuler kampus.
Isu NII kembali mencuat setelah polisi menangkap Pepi Fernando, tersangka bom buku. Dari pengakuan Pepi, kata polisi, alumnus Universitas Islam Negeri Jakarta itu pernah terlibat dalam gerakan NII. Pondok Al Zaitun di Indramayu, Jawa Barat, yang sejak dulu disebut-sebut pusat NII Komandemen Wilayah 9 juga tengah diteliti oleh pemerintah.
0 komentar:
Posting Komentar