Menteri Agama Suryadharma Ali menilai masuknya paham radikal ke lembaga pendidikan agama bukan disebabkan oleh kesalahan kurikulum. "Kalau dalam lembaga pendidikan, secara tidak sengaja ada
pengajaran Islam keras itu jangan disalahkan kurikulumnya, itu pasti gurunya," kata dia usai meresmikan situs web Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (SPMB-PTAIN) Tahun 2011 di Kementerian Agama, Jumat, 29 April 2011.
Menurut Suryadharma, kurikukulum tidak perlu dicurigai. "Kurikulum terukur, tapi siapa yang mengajarkan kurikulum itu, ini yang akan kami waspadai," kata dia.
Suryadharma mengibaratkan fenomena masuknya paham radikal ke lembaga pendidikan seperti mobil yang dikendarai orang jahat. "Mobil dipergunakan untuk kejahatan, yang kita salahkan jangan mobilnya, ya sopirnya," ujarnya.
Soal hasil survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang menyebutkan adanya peningkatan kecenderungan radikalisme di kalangan siswa sekolah menengah, Suryadharma berencana mengundang para peneliti survey tersebut. Metodologi penelitian yang dilakukan LaKIP akan didalami. Jika valid, kata dia, penelitian ini akan bermanfaat.
Saat pidato peresmian, Suryadharma juga meminta Perguran Tinggi Islam Negeri (PTAIN) responsif dan antisipatif terhadap fenomena radikalisme di kampus-kampus. "Saya minta lebih ketat mengawasi organisasi kemahasiswaan," kata Suryadharma.
Ia berpesan kepada seluruh perguruan tinggi untuk meningkatkan aktivitas organisasi-organisasi ekstra yang sudah dikenal akar pemikirannya, seperti Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan lain-lain. "Dengan aktivitas yang ditingkatkan, mahasiswa akan terjaga dari paham radikal," kata Suryadarma.
Sementara itu, terkait upaya membendung masuknya paham radikal ke sekolah-sekolah, Suryadharma sudah mengusulkan kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk menambah jam pendidikan agama melalui ekstrakurikuler. Menurutnya, jika pendidikan agama tidak memadai, pemahaman murid soal agama menjadi tidak lengkap. "Karena tidak lengkap itu maka rawan masuknya pemikiran radikal."
0 komentar:
Posting Komentar